Saturday, 3 October 2015

PENGANTAR GEOGRAFI PERTANIAN


GEOGRAFI PERTANIAN

Etimologis istilah "geografi pertanian" memiliki akar Yunani dan Latin. Kata 'geografi' berasal dari kata Yunani 'Geographia' yang berasal dari dua kata, nama 'geografis' yang berarti bumi dan 'Graphia' makna untuk menjelaskan. Kata "pertanian" berasal dari istilah Latin 'Agercultura' yang mempunyai asal dalam kata-kata 'mengubah' yang berarti ladang dan 'culturd' makna budaya atau memupuk. Pertanian dalam arti sempit berkaitan dengan usaha bercocok tanam, sedangkan dalam atian luas sebagai kajian ilmiah. Pertanian merupakan sumber kehidupan manusia melalui penggunaan lahan untuk bercocok tanam dan menghasilkan bahan pangan lainnya.
Geografi pertanian adalah cabang geografi yang berhubungan dengan bidang budidaya tanah dan pengaruh budidaya seperti pada lanskap fisik.Geografi pertanian Studi pola spasial dalam kegiatan pertanian. tema utama termasuk variasi dalam kegiatan pertanian dalam biomes utama, penetapan batas wilayah pertanian, studi pertanian sebagai suatu sistem, dan klasifikasi sistem pertanian, biasanya dengan mengacu pada istilah: intensif / ekstensif; komersial / subsisten; pergeseran / menetap dan pastoral / subur / campuran.

Geografi pertanian merupakan kegiatan yang mengkaji pertanian di berbagai belahan bumi sebagai hasil interaksi manusia dengan alam dan juga mengkaji pola-pola dari kegiatan pertanian yang bervariasi dari tempat-tempat, meliputi segala kegiatan pertanian pada ruang dan waktu pertanian.

Dengan demikian, definisi geografi pertanian dapat dinyatakan sebagai bagian studi geografi yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena pertanian dengan mengunakan hampiran ekologi dan regional dalam kontek keruangan.menurut Brian W (1985) dalam Sriartha (2000) ada lima karakteristik pertanian yaitu : 1). Setiap wilayah pertanian dijumpai banyaknya unit-unit pertanian yang banyak dan memiliki luas yang berbeda-beda. 2). Pada sebidang lahan pertanian dapat diproduksi berbagai hasil pertanian. 3) proses prudksi pertanian berlangsung secara biologis melalui tumbuhan dan hewan. 4). Penentuan lokasi tidak banyak bisa ditentukan oleh petani. 5).kegiatan pertanian untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan kebutuhan pasar.

  • Cakupan dan Tinjauan Geografi Pertanian

Adapun objek atau tujuan geografi pertanian  menurut Singh dan Dhilon ( 1984 ) yaitu :
1.      Perbedaan macam-macam pertanian yang tersebar di muka bumi dan fungsinya dalam spasial
2.      Tipe-tipe pertanian yang dikembangkan di daerah tertentu, persamaan dan perbedaan dengan daerah lain.
3.      Menganalisa pelaksanaan sistem pertanian dan proses perubahannya
4.      Arah dan isi perubahan dalam pertanian.
5.      Batas wilayah-wilayah produksi hasil panen dan kombinasi hasil panen atau perusahaan pertanian
6.      Menghitung dan menguji tingkat perbedaan antara wilayah
7.      Identifikasi wilayah yang produktivitas pertaniannya lemah; dan
8.      Mengungkap wilayah pertanian yang stagnasi, transisi, dan dinamis.

6.1.3 Pendekatan Studi Geografi Pertanian
   Dua pendekatan geografi pertanian adalah :
1)      Pendekatan Empiris
Memberikan pandangan bahwa pendekatan deskripsi apa yang dikemukakan (apa adanya) tentang bentang lahan pertanian
Pendekatan tentang pola dengan metode induktif dan generalisasi sebagai dasar dari hasil-hasil studi yang berbeda-beda

2)      Pendekatan Normatif
Difokuskan pada landscape pertanian yang ada, dengan memberikan asumsi-asumsi dengan menggunakan hipotesa dengan teori-teori yang ada tentang produksi pertanian.

Pendekatan tentang adanya perbedaan spasial
1)      Geographical determinism model
Diasumsikan bahwa lingkungan fisikal sebagai determinan dalam proses pengambilan keputusan dalam determinism model
Diasumsikan bahwa faktor ekonomi seperti pemasaran, produksi, dan biaya transport dianggap homogen sebagai penentu dalam proses pengambilan keputusan.
2)      Socio-personal determinsm model
Diasumsikan bahwa serangkaian faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan untuk pertanian adalah nilai-nilai petani, tujuan, motivasi, dan sikap

3)      Radical model
Diasumsikan bahwa dengan teknologi tinggi dan munculnya agribisnis sebagai kemajuan dalam pertanian


  • Sejarah dan Faktor yang Mempengaruhi Pertanian

  1.  Sejarah Pertanian
Perkembangan Sistem Pertanian di Indonesia Pertanian merupakan aktivitas ekonomi yang utama dan terbesar di Indonesia. Penerapan sistem pertanian pada masa orde baru dilakukan dengan pencanangan Revolusi Hijau. Adanya dampak negatif dari penerapan revolusi Hijau tersebut, maka para ahli/pakar mulai memikirkan solusi lain untuk mengganti Sistem Pertanian Revolusi Hijau tersebut. Hal ini ditandai dengan adanya konsep pembangunan berkelanjutan. Salah satu konsep pembangunan berkelanjutan dalam bidang pertanian yaitu adanya ‘Agenda 21 Indonesia’. Yang memuat tentang Pengembangan Pertanian dan Pedesaan Berkelanjutan. Sehingga kemudian berkembang sistem pertanian organik yang dikembangkan oleh sebagian petani.’

Bentuk-bentuk pertanian di Indonesia :
1. Sawah
Sawah adalah suatu bentuk pertanian yang dilakukan di lahan basah dan memerlukan banyak air baik sawah irigasi, sawah lebak, sawah tadah hujan maupun sawah pasang surut.
2. Tegalan
Tegalan adalah suatu daerah dengan lahan kering yang bergantung pada pengairan air hujan, ditanami tanaman musiman atau tahunan dan terpisah dari lingkungan dalam sekitar rumah. Lahan tegalan tanahnya sulit untuk dibuat pengairan irigasi karena permukaan yang tidak rata. Pada saat musim kemarau lahan tegalan akan kering dan sulit untuk ditubuhi tanaman pertanian.
3. Pekarangan
Perkarangan adalah suatu lahan yang berada di lingkungan dalam rumah (biasanya dipagari dan masuk ke wilayah rumah) yang dimanfaatkan / digunakan untuk ditanami tanaman pertanian.
4. Ladang Berpindah
Ladang berpindah adalah suatu kegiatan pertanian yang dilakukan di banyak lahan hasil pembukaan hutan atau semak di mana setelah beberapa kali panen / ditanami, maka tanah sudah tidak subur sehingga perlu pindah ke lahan lain yang subur atau lahan yang sudah lama tidak digarap.

  • Faktor yang Mempengaruhi Pertanian

Faktor fisik
a.       Iklim                : temperatur dan curah hujan
b.      Topografi        : relief, batuan
c.       Tanah              : kandungan kimia dan sifat fisik tanah
d.      Air                   : potensi air, kedalaman

Faktor Non Fisik (Unsur Manusia)
a.       Kultur dan sejarah
-          Tenaga kerja, tingkat keterampilan dan teknologi petani
-          Adanya kemampuan jumlah tenaga kerja
-          Kondisi teknologitntang jalan (fasilitas jalan) dan sarana transport maupun prasarananya)
b.      Faktor ekonomi
-          Modal : pemilikan kemampuan modal peralatan, tempat, dan uang
-          Supply produksi pertanian, dalam kaitannya dengan permintaan pasar
-          Harga : harga-harga sarana produksi dan harga produksi pertanian
c.       Faktor politik
-          partisipasi petani dalam praktek dan kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan dengan pembangunan pertanian, seperti harga, pajak, penilaian ekspor impor
-          larangan untuk menanam suatu jenis tanaman, misal : ganja
-          bantuan pemerintah berupa modal, bibit, pupuk, dan sabagainya



  • Tipe Pertanian

1) Pertanian intensif
·         Tujuan utama usahatani adalah mendapatkan keuntungan maksimum
·         Produksi per ha tinggi dan sedikit potensi lahan yang terbuang
·         Jenis tanaman yang diusahakan yang secara ekonomis menguntungkan
·         Pertanian intensif dijumpai di negara yang padat penduduknya dan di negara maju yang langka lahan
Pertanian intensif memperhatikan/melaksanakan :
·         Crop rotation (pergiliran tanaman)
·         Dihindarkan saat kerja/kosong
·         Penggunaan bibit, pupuk, dan pengelolaan terencana dengan teknologi tepat guna
·         Pembuatan teras (pengelolaan lingkungan fisik yang maksimum)
·         Menggunakan/ dengan sistem tanaman campuran (mixed croping)

2)      Pertanian subsisten
a.       Orientasi produksi untuk kebutuhan konsumsi keluarga
b.      Jika produksi surplus bukan merupakan tujuan utama, dan jika surplus produksi dijual padapasar lokal
c.       Tenaga kerja keluarga
d.      Tanah merupakan sebagian besar input
e.       Modal lebih kecil
f.       Input yang berupa bibit dan pupuk merupakan hasil usahatani sendiri

3)      Pertanian ekstensif
a.       Lahan yang diusahakan relatif luas
b.      Efisiensi kurang, banyak lahan yang terbuang karena tidak diusahakan semestinya
c.       Produksi per hektar rendah
d.      Teknologi terbatas
e.       Tidak begitu mengharapkan return
f.       Keuntungantidak menentu
g.      Tanaman yang diusahakan bervariasi
h.      Tenaga kerja keluarga
i.        Terdapat di wilayah yang belum maju (aksesibilitasnya rendah)

4)      Pertanian perkebunan
Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.
5)      Peternakan
Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan hewan ternakuntuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut. Pengertian peternakan tidak terbatas pada pemeliharaaan saja, memelihara dan peternakan perbedaannya terletak pada tujuan yang ditetapkan. Tujuan peternakan adalah mencari keuntungan dengan penerapan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi yang telah dikombinasikan secara optimal. Kegiatan di bidang peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu peternakan hewan besar seperti sapi, kerbau dan kuda, sedang kelompok kedua yaitu peternakan hewan kecil seperti ayam, kelinci

  • Persebaran Hasil Pertanian di Indonesia

  Persebaran Hasil Pertanian
Hasil pertanian negara kita antara lain padi (beras), jagung, ubi kayu, kedelai, dan kacang tanah. Di mana saja persebaran hasil pertanian ini?
  • Padi (beras)
Daerah penghasil padi (beras) antara lain Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Nusa Tenggara Barat.
  • Jagung
Daerah penghasil jagung antara lain Jawa Tengah (Wonosobo, Semarang, Jepara, dan Rembang); Jawa Timur (Besuki, Madura); serta Sulawesi (Minahasa dan sekitar danau Tempe).
  • Ubi kayu (singkong)
Daerah penghasil singkong adalah Sumatera Selatan, Lampung, Madura, Jawa Tengah (Wonogiri), dan Yogyakarta (Wonosari).
  • Kedelai
Daerah penghasil kedelai adalah Jawa Tengah (Kedu, Surakarta, Pekalongan, Tegal, Jepara, Rembang), D.I. Yogyakarta, Jawa Timur (Jember).
  • Kacang tanah
Daerah penghasil kacang tanah ialah Sumatera Timur, Sumatera Barat, Jawa Tengah (Surakarta, Semarang, Jepara, Rembang, Pati), Jawa Barat (Cirebon, Priangan), Bali, dan Nusa Tenggara Barat (Lombok).

6.3.2        Persebaran Hasil Perkebunan
Hasil perkebunan negara kita antara lain tebu, tembakau, teh, kopi, karet, kelapa (kopra), kelapa sawit, cokelat, pala, cengkeh, lada, dan vanili. Di mana saja persebaran hasil perkebunan tersebut? Mari kita lihat satu per satu.
  • Tebu
Daerah penghasil tebu, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Sumatera (Nangroe Aceh Darussalam).
  • Tembakau
Daerah penghasil tembakau ialah Sumatera Utara (Deli), Sumatera Barat (Payakumbuh), Bengkulu, Sumatera Selatan (Palembang), Jawa Tengah (Surakarta, Klaten, Dieng, Kedu, Temanggung, Parakan, Wonosobo), dan Jawa Timur (Bojonegoro, Besuki).
  • Teh
Daerah penghasil teh, yaitu Jawa Barat (Bogor, Sukabumi, Garut), Jawa Tengah (Pegunungan Dieng, Wonosobo, Temanggung, Pekalongan), Sumatera Utara (Pematang Siantar), dan Sumatera Barat.
  • Kopi
Daerah penghasil kopi, yaitu Jawa Barat (Bogor, Priangan), Jawa Timur (Kediri, Besuki), Sumatera Selatan (Palembang), Bengkulu (Bukit Barisan), Sumatera Utara (Deli, Tapanuli), Lampung (Liwa), Sulawesi (Pegunungan Verbeek), Flores (Manggarai).
  • Karet
Daerah penghasil karet, yaitu D.I. Aceh (Tanah gayo, Alas), Sumatera Utara (Kisaran, Deli, Serdang), Bengkulu (Rejang Lebong), Jawa Barat (Sukabumi, Priangan), Jawa Tengah (Banyumas, Batang), Jawa Timur (Kawi, Kelud), dan Kalimantan Selatan ( pegunungan Meratus).
  • Kelapa (kopra)
Daerah penghasil kelapa, yaitu Jawa Barat (Banten, Priangan), Jawa Tengah (Banyumas), D.I. Yogyakarta, Jawa Timur (Kediri), Sulawesi Utara (Minahasa, Sangihe, Talaud, Gorontalo), dan Kalimantan Selatan (pegunungan Meratus).
  • Kelapa Sawit
Daerah penghasil kelapa sawit ialah D.I. Aceh (Pulau Simelue), Sumatera Utara (Pulau Nias, Pulau Prayan,Medan, Pematang Siantar).
  • Cokelat
Daerah penghasil cokelat ialah Jawa Tengah (Salatiga) dan Sulawesi Tenggara.
  • Pala
Daerah penghasil pala ialah Jawa Barat dan Maluku.
  • Cengkeh
Daerah penghasil cengkeh ialah Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara (Tapanuli), Jawa Barat (Banten, Priangan), Jawa Tengah (Banyumas), Sulawesi Utara (Minahasa), dan Maluku.
  • Lada
Daerah penghasil lada ialah Lampung, Bengkulu, Sumatera Selatan (Palembang, Pulau Bangka), dan Kalimantan Barat.
  • Vanili
Dihasilkan di daerah Flores (Manggarai, Bajawa), Papua, dan daerah-daerah lainnya di Indonesia.

6.3.3        Persebaran Hasil Kehutanan
Hasil kehutanan negara kita antara lain kayu dan rotan. Jenis kayu yang dihasilkan antara lain keruing, meranti, agathis, jati, cendana, akasia, dan rasamala. Di mana saja persebaran hasil kehutanan ini?
  • Kayu keruing, kayu meranti, dan kayu agathis terutama dihasilkan di daerah-daerah Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
  • Kayu jati dihasilkan di daerah Jawa Tengah.
  • Kayu cendana banyak dihasilkan di Nusa Tenggara Timur.
  • Akasia dan rasamala dihasilkan di daerah Jawa Barat.
  • Rotan dihasilkan dari daerah Kalimantan, Sumatera Barat, Sumatera Utara.


  1. Persebaran Hasil Peternakan

Hasil peternakan negara kita antara lain sapi, kerbau, kuda, dan babi. Berikut ini pesebaran hasil peternakan di Indonesia.
  • Ternak sapi. Daerah penghasil ternak sapi adalah Sumatera (Aceh), Jawa, Madura, Bali, Nusa Tenggara Barat (Lombok dan Sumbawa).
  • Ternak kerbau. Daerah penghasil kerbau adalah Aceh, Sulawesi, dan Jawa.
  • Ternak kuda. Daerah penghasil kuda adalah Nusa Tenggara Timur (Pulau Sumba) dan Sumatera Barat.
  • Ternak babi. Daerah penghasil ternak babi adalah Bali, Maluku, Sulawesi Utara (Minahasa), Sumatera Utara (Tapanuli), Jawa Barat (Karawang)
 2.  Persebaran Hasil Perikanan
  • Budi daya udang dan bandeng, terdapat di pantai utara Jawa, Sumatera, dan Sulawesi.
  • Daerah penangkapan ikan (nelayan tradisional dan modern) antara lain Sumatera Timur (Bagan Siapi-api), Bengkalis untuk jenis ikan terubuk. Sedangkan ikan tenggiri, cumi-cumi, udang, rumput laut, dan ikan layang-layang ditangkap dari daerah Laut Jawa, Selat Sunda, Pantai Selatan (Cilacap), Selat Bali, Selat Flores, dan Selat Makasar. Kepulauan Maluku (Ambon) menghasilkan tiram, mutiara, dan tongkol.
  • Budidaya ikan di darat. Budidaya ikan di darat itu ada bermacam- macam, antara lain di tambak/empang, waduk/bendungan, sawah (minapadi), sungai (sistem keramba), dan di danau.

  • Metode-metode pertanian

a. Metode Weaver dan metode Thomas
John C Weaver, J,T Coppock, dan D. Thomas, analisa variansi penyebaran keruangan terutama di terapkan pada bidang agrikultur untuk mengkaji penggunaan lahan pertanian. Analisa ini didasarkan atas pendekatan faktor tunggal dengan dominan (single-factor dominance) dan pendekatan faktor yang jamak (multifactor approach) dengan menerapkan model matematik statistik varian.
J.T Coppock mengembangkan metode Weaver untuk keseluruhan spektrum aktifitas pertanian dengan mengubah ternak dan tanaman ke dalam unit dan pembedaan secara umum berdasarkan pembobotan yang baku (standard).


b.Metode Von Thunen
Anggapan yang dikemukakan oleh Von Thunen adalah tanah dasar semuanya. Intensitas setiap tanaman tertentu. Berdasarkan anggapan ini, maka bentuk pemanfaatan tanah itu konsentris melingkari kota yang merupakan pasar, sehingga yang penting di sini adalah menyusun daerah tanaman secara ekonomis. Tanah yang paling dekat dari kota hendaknya dimanfaatkan untuk kehutanan. Tanah diluarnya dimanfaatkan untuk ladang gandum dan tanah di luarnya lagi digunakan untuk peternakan. Tanah yang digunakan untuk peternakan merupakan tanah terluar yang memiliki nilai, sehingga setelah tanah peternakan tidak memiliki nilai apapun. Daerah pembuangan sampah adalah tanah yang tidak memiliki nilai karena terletak di luar dari tanah peternakan.
Von Thunen mengidentifikasi tentang perbedaan lokasi dari berbagai kegiatan pertanian atas dasar perbedaan sewa lahan. Menurut Von Thunen tingkat sewa lahan adalah paling mahal di pusat pasar dan makin rendah apabila makin jauh dari pasar. Von Thunen menentukan hubungan sewa lahan dengan jarak ke pasar dengan menggunakan kurva permintaan.

  •  Upaya Peningkatan Produksi Pertanian

Usaha yang dilakukan pemerintah bersama-sama dengan masyarakat untuk meningkatkan produksi pertanian antara lain melalui program intensifikasi, ekstensifikasi, mekanisasi, diversifikasi, dan rehabilitasi lahan pertanian. Intensifikasi merupakan upaya peningkatan produksi pertanian tanpa menambah luas lahan yang ada, tetapi mengupayakan lahan seoptimal mungkin, misalnya melalui program Sapta Usaha Tani, yang meliputi:
1) pengolahan tanah yang baik;
2) pemilihan bibit unggul
3) pengairan (irigasi);
4) pemupukan;
5) pemberantasan hama dan penyakit secara terpadu;
6) pengolahan pasca panen; dan
7) pemasaran hasil.

Ekstensifikasi merupakan upaya peningkatan produksi pertanian dengan menambah luas lahan yang telah ada, misalnya melalui pembukaan lahan hutan, semak belukar atau mengeringkan lahan rawa untuk dijadikan tanah pertanian. Upaya ini banyak dilakukan di wilayah-wilayah yang masih luas, seperti Kalimantan dan Papua. Adapunmekanisasipertanian merupakan upaya peningkatan produksi pertanian dengan mengaplikasikan teknologi pertanian berupa mesin-mesin pertanian yang modern dan tepat guna.Selain intensifikasi, ekstensifikasi dan mekanisasi, upaya peningkatan produksi juga dilakukan melalui program diversifikasi, yaitu peragaman jenis tanaman baik melalui sistem tumpang sari maupun tumpang gilir. Tumpang sari dapat diartikan sebagai peragaman jenis tanaman pada sebidang lahan pada periode waktu yang sama, misalnya tanaman tomat ditumpangsarikan dengan sayuran. Adapun tumpang giliradalah sistem peragaman jenis tanaman pertanian dengan sistem rotasi, misalnya padi-palawija-padi.Rehabilitasi merupakan upaya pengembalian tingkat kesuburan tanah yang sudah kurang produktif

  • Irigasi

Irigasi merupakan suatu proses pengaliran air dari sumber air ke sistem pertanian. Irigasi adalah proses penambahan air untuk memenuhi kebutuhan lengas tanah bagi pertumbuhan tanaman. Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan air untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan tambak (PP 20/2006). Tindakan intervensi manusia untuk mengubah agihan air dari sumbernya menurut ruang dan waktu serta mengelola sebagian atau seluruh jumlah tersebut untuk menaikkan produksi tanaman (Israelsen dan Hansen, 1980).
Irigasi atau pengairan adalah suatu usaha untuk memberikan air guna keperluan pertanian yang dilakukan dengan tertib dan teratur untuk daerah pertanian yang membutuhkannya dan kemudian air itu dipergunakan secara tertib dan teratur dan dibuang kesaluran pembuang. Istilah irigasi diartikan suatu bidang pembinaan atas air dari sumber-sumber air, termasuk kekayaan alam hewani yang terkandung didalamnya, baik yang alamiah maupun yang diusahakan manusia.

Metode pendistribusian air irigasi dapat dibagi ke dalam : 1) Irigasi Permukaan; 2) Irigasi Lapisan Bawah; 3) Sprinkler; 4) Drip atau Trickle (Hakim, dkk., 1986).

1.    Sistem Irigasi Permukaan (Surface Irrigation System)
Sistem irigasi permukaan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu peluapan dan penggenangan bebas (tanpa kendali) serta peluapan penggenangan secara terkendali. Sistem irigasi permukaan yang paling sederhana adalah peluapan bebas dan penggenangan. Dalam hal ini air diberikan pada areal irigasi dengan jalan peluapan untuk menggenangi kiri atau kanan sungai yang mempunyai permukaan datar. Sebagai contoh adalah sistem irigasi kuno di Mesir. Sistem ini mempunyai efisiensi yang rendah karena penggunaan air tidak terkontrol.

Keuntungan yang diperoleh dengan menerapkan cara ini (pemberian air di permukaan) :
- Efisiensi penggunaan air yang cukup tinggi
- Air pengairan dapat dihemat
- Pemberian air dapat dilakukan secara teratur dan merata
- Dapat memperbaiki aerasi tanah pada zona perakaran
- Terjadinya penambahan unsur-unsur hara dalam tanah yang mudah diserap oleh akar tanaman demi pertumbuhan dan perkembangannya.


Kekurangan irigasi permukaan yaitu :
- Diperlukan biaya yang lebih besar bagi pengaturan air yang intensif serta penggunaan lebih banyak tenaga
- penekanan terhadap pertumbuhan gulma (tanaman pengganggu) kurang efektif
(Kartasapoetra, dkk, 2002).

2.    Sistem Irigasi Bawah Permukaan (Sub Surface Irrigation System)
Sistem irigasi bawah permukaan dapat dilakukan dengan meresapkan air ke dalam tanah di bawah zona perakaran melalui sistem saluran terbuka ataupun dengan menggunakan pipa porus. Lengas tanah digerakkan oleh gaya kapiler menuju zona perakaran dan selanjutnya dimanfaatkan oleh tanaman.

3.   Sistem irigasi dengan pancaran (sprinkle irrigation)
Prinsip yang digunakan sistem ini adalah memberi tekanan pada air dalam pipa dan memancarkan ke udara sehingga menyerupai hujan selanjutnya jatuh pada permukaan tanah. Cara pemancaran dapat dilakukan dengan berbagai variasi, antara lain dengan menggunakan pipa porus ataupun menggunakan alat pancar yang bisa berputar. Untuk dapat memberikan siraman yang merata sering digunakan alat pancar yang diletakkan di atas kereta dan dapat berpindah-pindah.

Keuntungan irigasi curah :
- Pengukuran air lebih mudah
- Tidak mengganggu pekerjaan dan hemat lahan
- Efisiensi air tinggi
- Investasai dengan mempertimbangkan kebutuhan
- Jaringan distribusi luwes dan memungkinkan otomasi sehingga D & P lebih murah.
(Anonimoush , 2009).

Beberapa kelemahan dari system irigasi curah adalah :
1. memerlukan biaya investasi dan biaya operasional yangcukup tinggi, antara lain untuk operasi pompa air dan tenaga pelaksana yang terampil
2. Memerlukan rancangan dan tata letak yang cukup teliti untuk memperoleh tingkat efisiensi yang cukup terliti untuk memperoleh tingkat efisiensi yang tinggi
(Susanto, dkk, 2006).

4.   Sistem irigasi tetes (trickle irrigation atau drip irrigation)
Sistem irigasi tetes sering disebut dengan trickle irrigation atau kadang-kadang drip irrigation. Sistem yang digunakan adalah dengan memakai pipa-pipa dan pada tempat-tempat tertentu diberi lubang untuk jalan keluarnya air menetes ke tanah. Perbedaan dengan sistem pancaran adalah besarnya tekanan pada pipa yang tidak begitu besar.

Keuntungan irigasi tetes :
- Efisiensi sangat tinggi (evaporasi rendah, tidak ada gerakan air di udara, tidak ada pemabasahan daun, run off rendah, pengairan dibatasi disekitar tanaman pokok)
- Respon lebih baik (produksi, kualitas, keseragaman) terhadap tanaman
- Tidak mengganggu aerasi tanah, dapat dipadu dengan unsur hara, tekanan rendah, tidak mengganggu keseimbangan kadar lengas
- Mengurangi perkembangan serangga, penyakit, dan jamur
- Penggaraman/pencucian garam efektif karena ada isolasi lokasi
- Lahan tidak terganggu karena pengolahan tanah, siraman, dll
- Meningkatkan drainase permukaan

Sistem irigasi tetes memiliki beberapa kelemahan, terutama jika akan diterapkan secara luas di Indonesia, antara lain :
1. Investasi yang dikeluarkan cukup tinggi dan dibutuhkan teknik yang relatif tinggi dalam desain, instalasi dan pengoperasian sistem
2. Penyumbatan emiter yang disebabkan oleh faktor fisik, kimia dan biologi air yang dapat mengurangi efisiensi dan kinerja sistem
3. Pada daerah yang tidak terbasahi berpotensi terjadi pemupukan garam


Dalam perkembangannya, irigasi dibagi menjadi 3 tipe, yaitu :
a.        Irigasi Sistem Gravitasi
Irigasi gravitasi merupakan sistem irigasi yang telah lama. dikenal dan diterapkan dalam kegiatan usashatani. Dalam sistem irigasi ini, sumber air diambil dari air yang ada di permukaan burni yaitu dari sungai, waduk dah danau di dataran tinggi. Pengaturan dan pembagian air irigasi menuju ke petak-petak yang membutuhkan, dilakukan secara gravitatif.
b.        Irigasi Sistem Pompa
Sistem irigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan, apabila pengambilan secara gravitatif ternyata tidak layak dari segi ekonomi maupun teknik. Cara ini membutuhkan modal kecil, namun memerlukan biaya ekspoitasi yang besar. Sumber air yang dapat dipompa untuk keperluan irigasi dapat diambil dari sungai, misalnya Setasiun Pompa Gambarsari dan Pesangrahan (sebelum ada Bendung Gerak Serayu).
c.         Irigasi Pasang-surut
Yang dimaksud dengan sistem irigasi pasang-surut adalah suatu tipe irigasi yang memanfaatkan pengempangan air sungai akibat peristiwa pasang-surut air laut. Areal yang direncanakan untuk tipe irigasi ini adalah areal yang mendapat pengaruh langsung dari peristiwa pasang-surut air laut. Untuk daerah Kalimantan misalnya, daerah ini bisa mencapai panjang 30 - 50 km memanjang pantai dan 10 - 15 km masuk ke darat. Air genangan yang berupa air tawar dari sungai akan menekan dan mencuci kandungan tanah sulfat masam dan akan dibuang pada saat air laut surut.

Jaringan Irigasi
Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangannya. Jaringan utama adalah jaringan irigasi yang berada dalam satu sistem irigasi, mulai dari bangunan utama, saluran induk atau primer, saluran sekunder, dan bangunan sadap serta bangunan pelengkapnya.


Klasifikasi Jaringan Irigasi
Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran, serta kelengkapan fasilitas, jaringan irigasi dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu (1) jaringan irigasi sederhana, (2) jaringanirigasi semi teknis dan (3) jaringan irigasi teknis.
1.  Jaringan Irigasi Sederhana
Di dalam jaringan irigasi sederhana, pembagian air tidak diukur atai diatur sehingga air lebih akan mengalir ke saluran pembuang. Persediaan air biasanya berlimpah dan kemiringan berkisar antara sedang dan curam. Oleh karena itu hampir-hampir tidak diperlukan teknik yang sulit untuk pembagian air.
Jaringan irigasi ini walaupun mudah diorganisir namun memiliki kelemahan-kelemahan serius yakni :
a.   Ada pemborosan air dan karena pada umumnya jaringan ini terletak di daerah yang tinggi, air yang terbuang tidak selalu dapat mencapai daerah rendah yang subur.
b.  Terdapat banyak pengendapan yang memerlukan lebih banyak biaya dari penduduk karena tiap desa membuat jaringan dan pengambilan sendiri-sendiri.
c.   Karena bangunan penangkap air bukan bangunan tetap/permanen, maka umumya pendek

2.  Jaringan Irigasi Semi Teknis
Pada jaringan irigasi semi teknis, bangunan bendungnya terletak di sungai lengkap dengan pintu pengambilan tanpa bangunan pengukur di bagian hilirnya. Beberapa bangunan permanen biasanya juga sudah dibangun di jaringan saluran. Sistim pembagian air biasanya serupa dengan jaringan sederhana. Bangunan pengambilan dipakai untuk melayani/mengairi daerah yang lebih luas dari pada daerah layanan jaringan sederhana.

3.   Jaringan Irigasi Teknis
Salah satu prinsip pada jaringan irigasi teknis adalah pemisahan antara saluran irigasi/pembawa dan saluran pembuang/pematus. Ini berarti bahwa baik saluran pembawa maupun saluran pembuang bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing. Saluran pembawa mengalirkan air irigasi ke sawah-sawah dan saluran pembuang mengalirkan kelebihan air dari sawahsawah ke saluran pembuang.
Petak tersier menduduki fungsi sentral dalam jaringan irigasi teknis. Sebuah petak tersier terdiri dari sejumlah sawah dengan luas keseluruhan yang umumnya berkisar antara 50 - 100 ha kadang-kadang sampai 150 ha. Jaringan saluran tersier dan kuarter mengalirkan air ke sawah. Kelebihan air ditampung didalam suatu jaringan saluran pembuang tersier dan kuarter
dan selanjutnya dialirkan ke jaringan pembuang sekunder dan kuarter. Jaringan irigasi teknis yang didasarkan pada prinsip-prinsi di atas adalah cara pembagian air yang paling efisien dengan mempertimbangkan waktuwaktu merosotnya persediaan air serta kebutuhan petani.
Jaringan irigasi teknis memungkinkan dilakukannya pengukuran aliran, pembagian air irigasi dan pembuangan air lebih secara efisien. Jika petak tersier hanya memperoleh air apda satu tempat saja dari jaringan utama, hal ini akan memerlukan jumlah bangunan yang lebih sedikit di saluran primer, ekspoitasi yang lebih baik dan pemeliharaan yang lebihmurah. Kesalahan dalam pengelolaan air di petak-petak tersier juga tidak akan mempengaruhi pembagian air di jaringan utama.


  •  Pupuk

Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non-organik (mineral). Pupuk berbeda dari suplemen tambahan. Pupuk mengandung bahan baku pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara suplemen seperti hormontumbuhan membantu kelancaran proses metabolisme. Ke dalam pupuk, khususnya pupuk buatan, dapat ditambahkan sejumlah material suplemen

1.      Pupuk Organik
Pupuk organik adalah semua sisa bahan tanaman, pupuk hijau, dan kotoran hewan yang mempunyai kandungan unsur hara rendah. Pupuk organik tersedia setelah zat tersebut mengalami proses pembusukan oleh mikro organisme. Selain pupuk anorganik, pupuk organik juga harus dberikan pada tanaman. Macam-macam pupuk organik adalah sebagi berikut:
a.       Kompos
Pupuk kompos adalah pupuk yang dibuat dengan cara membusukkan sisa-sisa tanaman. Pupuk jenis ini berfungsi sebagai pemberi unsur-unsur hara yang berguna untuk perbaikan struktur tanah.
  b.  Pupuk Hijau
Pupuk hijau adalah bagian tumbuhan hijau yang mati dan tertimbun dalam tanah. Pupuk organik jenis ini mempunyai perimbangan C/N rendah, sehingga dapat terurai dan cepat tersedia bagi tanaman. Pupuk hijau sebagai sumber nitrogen cukup baik di daerah tropis, yaitu sebagai pupuk organik sebagi penambah unsur mikro dan perbaikan struktur tanah.
c.   Pupuk kandang
pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan. Kandungan hara dalam puouk kandang rata-rata sekitar 55% N, 25% P2O5, dan 5% K2O (tergantung dari jenis hewan dan bahan makanannya). Makin lama pupuk kandang mengalamai proses pembusukan, makin rendah perimbangan C/N-nya.

2.  Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik atau pupuk buatan (dari senyawa anorganik) adalah pupuk yang sengaja dibuat oleh manusia dalam pabrik dan mengandung unsur hara tertentu dalam kadar tinggi. Pupuk anorganik digunakan untuk mengatasi kekurangan mineral murni dari alam yang diperlukan tumbuhan untuk hidup secara wajar. Puuk anorganik dapat menghasilkan bulir hijau dan yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis.
Berdasarkan kandungan unsur-unsurnya, pupuk anorganik digolongkan sebagai berikut :
6.6      Pupuk Tunggal
Pupuk tunggal yaitu pupuk yang mengandung hanya satu jenis unsur hara sebagai penambah kesuburan. Contoh pupuk tunggal yaitu pupuk N, P, dan K.
a.       Pupuk Nitrogen
Fungsi nitrogen (N) bagi tumbuhan adalah:
·         Mempercepat pertumbuhan tanaman, menambah tinggi tanaman, dan merangsang pertunasan.
·         Memperbaiki kualitas, terutama kandungan proteinnya.
·         Menyediakan bahan makanan bagi mikroba (jasad renik)

Nitrogen diserap dalam tanah berbentuk ion nitrat atau ammonium. Kemudian, didalam tumbuhan bereaksi dengan karbon membentuk asam amino, selanjutnya berubah menjadi protein. Nitrogen termasuk unsur yang paling banyak dibutuhkan oleh tanaman karena 16-18% protein terdiri dari nitrogen. Pupuk yang paling banyak mengandung unsur nitrogen adalah pupuk urea.
Macam-macam pupuk nitrogen sebagai berikut.
·         pupuk urea(CO(NH2)2) yang mengandung 47% nitrogen (paling tinggi dibandingkan dengan pupuk nitrogen jeni lain).
·         ­pupuk ZA (Zwavel Ammonium) atau ammonium sulfat ((NH4)2SO4) yang mengandung 21% nitrogen.
·         Pupuk ammonium klorida (salmiak) atau NH4Cl, mengandung 20% nitrogen.
·         Pupuk ASN (ammonium Sulfat Nitrat) atau [(NH4)3(SO4)(NO3)], mengandung 23-26% nitrogen.
·         Pupuk natrium nitrat atau sodium nitrat (NaNO3), mengandung 15% nitrogen.

b.    Pupuk Fosforus
Fosforus (P) bagi tanaman berperan dalam proses:
·         respirasi dan fotosintesis
·         penyusunan asam nukleat
·         pembentukan bibit tanaman dan penghasil buah.
·         Perangsang perkembangan akar, sehingga tanaman akan lebih tahan terhadap kekeringan, dan,
·         Mempercepat masa panen sehingga dapat mengurangi resiko keterlambatan waktu panen.

Unsur fosfor diperlukan diperlukan dalam jumlah lebih sedikit daripada unsur nitrogen. Fosfor diserap oleh tanaman dalam bentuk apatit kalsium fosfat, FePO4, dan AlPO4.
Macam-macam pupuk fosfor sebagai berikut :
·         pupuk superfosfat (Ca(H2PO4)2) yang sangat mudah larut dalam air sehingga mudah diserap oleh akar tanaman. Contoh: Engkel superfosfat (ES) yang mengandung sekitar 15% P2O5, Double superfosfat (DS) yang mengandung sekitar 30% P2O5, dan Tripel Superfosfat (TSP) yang mengandung sekitar 45%P2O5.
·         Pupuk FMP (Fused Magnesium Phosphate) atau Mg3(PO4)yang baik digunakan pada tanah yang banyak mengandung besi dan aluminium.
·         Pupuk aluminium fosfat (AlPO4)
·         Pupuk besi (III) fosfat (FePO4)

c.    Pupuk Kalium
Fungsi kalium bagi tanaman adalah
·         Mempengaruhi susunan dan mengedarkan karbohidrat di dalam tanaman.
·         Mempercepat metabolisme unsur nitrogen,
·         Mencegah bunga dan buah agar tidak mudah gugur.

Macam-macam pupuk kalium sebagai berikut:
·         pupuk kalium klorida atau potassium klorida (KCl). Ada 2 macam pupuk KCl yang beredar di pasaran, yaitu KCl 80 (mengandung 50% K2O) dan KCl 90 (mengandung 53% K2O).
·         Pupuk ZK (Zwavel Kalium) atau kalium sulfat (K2SO4) yang baik digunakan pada tanaman yang tidak tahan te rhadap konsentrasi ion klorida tinggi. Ada 2 macam pupuk ZK yang beredar di pasaran, yaitu ZK 90 (mengandung 50% K2O) dan ZK 96 (mengandung 53% K2O).

2.    Pupuk Majemuk
Pupuk majemuk yaitu pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara yang digunakan untuk menambah kesuburan tanah. Contoh pupuk majemuk yaitu NP, NK, dan NPK. Pupuk majemuk yang paling banyak digunakan adalah pupuk NPK yang mengandung senyawa ammonium nitrat (NH4NO3), ammonium dihidrogen fosfat (NH4H2PO4), dan kalium klorida (KCL).
Kadar unsur hara N, P, dan K dalam pupuk majemuk dinyatakan dengan komposisi angka tertentu. Misalnya pupuk NPK 10-20-15 berarti bahwa dalam pupuk itu terdapat 10% nitrogen, 20% fosfor (sebagai P2O5)dan 15% kalium (sebagai K2O).
Penggunaan pupuk majemuk harus disesuaikan dengan kebutuhan dari jenis tanaman yang akan dipupuk karena setiap jenis tanaman memerlukan perbandingan N, P, dan K tertentu. Di Indonesia beredar beberapa jenis pupuk majemuk dengan komposisi N, P, dan K yang beragam.

Nilai suatu pupuk ditentukan oleh hal-hal berikut :
a.   Kadar unsur, makin tinggi kadar unsur, akin tinggi nilai pupuk.
b.   Higroskopisitas, pupuk buatan mulai menarik air pada kelembaban 51-99%. Pupuk yang mudah menarik air, misalnya urea mengalami masalah pada penympanan, sifat higroskopis secara langsung tidak mempengaruhi nilai pupuk sebagai penambah kesuburan tanah.
c.   Kelarutan, mempengaruhi mudah tidaknya unsur-unsur yang terkandung diambil oleh tanaman.
d.  Cara kerja, bekerjanya pupuk adalah waktu yang diperlukan hingga pupuk tersebut dapat dihisap oleh tanaman  dan memperlihatkan pengaruhnya. Bekerjanya pupuk sangat mempengaruhi waktu dan cara penggunaan pupuk.
e.   Keasaman, beberapa jenis pupuk dapat dipakai untuk meningkatkan, mempetahankan, atau mengurai keasaman tanah.

Pengaruh negatif penggunaan pupuk
a.    Pengaruh negatif pupuk urea
·         tanah akan bersifat agak asam
·         penggunaan urea berlebihan dalam kurun waktu yang berdekatan akan mengurangi proses tumbuhnya kecambah dari suatu bibit dan mengurangi daya serap akar.
b.    Pengaruh negatif pupuk superfosfat
·         Jika kelebihan superfosfat, tanah akan kelebihan asam. Hal ini dikarenakan superfosfat dapat meningkatkan konsentrasi hydrogen dalam tanah.
·         Dapat bersifat racun bagi tanaman jika diberikan pada tanaman yang tumbuh pada tanah yang mengandung banyak unsur aluminium. Hal ini dikarenakan superfosfat dapat mempercepat pembentukan racun aluminium, atau toxic aluminium.

c.    Pengaruh negatif pupuk ammonium sulfat
·         Dapat bersifat racun bagi tanah jika diberikan pada tanah tanpa disertai kapur. Tanpa adanya batuan kapur, ammonium sulfat akan bebas bereaksi dengan besi, aluminium, dan mangan membentuk racun besi, aluminium, dan mangan.
·         Kelebihan pupuk ammonium sulfat mengakibatkan tanah besifat asam. Dengan demikian, pupuk ini harus diberikan pada tanah yang bersifat basa.


  •  Bioteknologi

Bioteknologi adalah suatu teknik modern untuk mengubah bahan mentah melalui transformasi biologi sehingga menjadi produk yang berguna. Supriatna (1992 ) memberi batasan tentang arti bioteknologi secara lebih lengkap, yakni: pemanfaatan prinsip–prinsip ilmiah dan kerekayasaan terhadap organisme, sistem atau proses biologis untuk menghasilkan dan atau meningkatkan potensi organisme maupun menghasilkan produk dan jasa bagi kepentingan hidup manusia.


6.5.4        Revolusi hijau
Pengertian revolusi hijau adalah usaha pengembangan teknologi pertanian untuk meningkatkan produksi pangan. Mengubah dari pertanian yang tadinya menggunakan teknologi tradisional menjadi pertanian yang menggunakan teknologi lebih maju atau modern.

Revolusi hijau muncul berkaitan erat dengan adanya masalah pangan bagi umat manusia.Timbulnya masalah pangan bagi umat manusia disebabkan oleh beberapa faktor :
1.      Kebutuhan pangan semakin meningkat
2.      Lahan pertanian semakin berkurang
3.      Banyak lahan pertanian rusak akibat perang
4.      Adanya lahan tidur yang tidak dimanfaatkan oleh pemiliknya
5.      Adanya lahan yang rusak akibat tercemar oleh limbah atau terkena radiasi

Revolusi hijau mendasarkan diri pada empat pilar penting yaitu
1. penyediaan air melalui sistem irigasi,
2.  pemakaian pupuk kimia secara optimal,
3. penerapan pestisida sesuai dengan tingkat serangan organisme pengganggu, dan
4. penggunaan varietas unggul sebagai bahan tanam berkualitas.
Melalui penerapan teknologi non-tradisional ini, terjadilah peningkatan hasil tanaman pangan berlipat ganda dan memungkinkan penanaman tiga kali dalam setahun untuk padi pada tempat-tempat tertentu

Di negara kita  Indonesia revolusi industri diterapkan dengan ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian. Ekstensifikasi dengan perluasan areal. Terbatasnya areal, menyebabkan pengembangan lebih banyak pada intensifikasi. Intensifikasi dilakukan melalui Panca Usaha Tani, (lima usaha tani), yaitu :
1. Teknik pengolahan lahan pertanian
2. Pengaturan irigasi
3. Pemupukan
4. Pemberantasan hama
5. Penggunaan bibit unggul

Untuk meningkatkan produksi pangan dan produksi pertanian umumnya dilakukan dengan empat usaha pokok, yaitu sebagai berikut.
a.         Intensifikasi pertanian : usaha meningkatkan produksi pertanian dengan menerapkan pancausaha tani.
b.        Ekstensifikasi pertanian : usaha meningkatkan produksi pertanian dengan membuka lahan baru termasuk usaha penangkapan ikan dan penanaman rumput untuk makanan ternak.
c.         Diversifikasi pertanian : usaha meningkatkan produksi pertanian dengan keanekaragaman usaha tani.
d.        Rehabilitasi pertanian : usaha meningkatkan produksi pertanian dengan pemulihan kemampuan daya produkstivitas sumber daya pertanian yang sudah kritis.

Dampak positif 
1.      Penggunaan mesin traktor untuk pengolahan sawah dan tanah
2.      Teknologi hujan buatan
3.      Penggunaan mesin untuk memanen gandum atau padi
4.      Ditemukannya mesin penggiling padi dan gandum
5.      Intensifikasi dalam dunia pertanian
6.      Ditemukannya bibit unggul
7.      Berdirinya IPTN ( Industri Pesawat Terbang Nusantara)
8.      Pembangunan pabrik di berbagai tempat, missal pabrik semen (Krakatau Steel)
9.      Memberikan lapangan kerja bagi para petani maupun buruh pertanian.
10.  Daerah yang tadinya hanya dapat memproduksi secara terbatas dan hanya untuk memenuhi kebutuhan minimal masyarakatnya dapat menikmati hasil yang lebih baik karena revolusi hijau.
11.  Kekurangan bahan pangan dapat teratasi.
12.  Sektor pertanian mampu menjadi pilar penyangga perekonomian Indonesia terutama terlihat ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi sehingga orang beralih usaha ke sektor agrobisnis.
13.  Meningkatkan produktivitas tanaman pangan..
14.  Peningkatan produksi pangan menyebabkan kebutuhan primer masyarakat industri menjadi terpenuhi.
15.  Indonesia berhasil mencapai swasembada beras.
16.  Kualitas tanaman pangan semakin meningkat.

Dampak negatif
1.      System bagi hasil mengalami perubahan
2.      System panen bersama berubah menjadi system upah
3.      Kesempatan kerja di pedesaan berkurang karena diganti menjadi mesin
4.      Timbul urbanisasi karena di desa tidak ada pekerjaan
5.      System ekonomi desa makin luas
6.      Ketergantungan pada pupuk kimia makin besar 
7.      Biaya produksi dan perawatan makin mahal
8.      Polusi tanah dan kematian berbagai jenis hewan karena obat hama
9.      Penanaman tidak memperhatikan siklus akan mengakibatkan kebalnya hama
10.  Timbul kerusakan hutan karena tebang kayu dengan mesin
11.  Penggunaan pupuk buatan dan pwstisida secara berlebihan akan mengakibatkan lahan pertanian menjadi tidak subur lagi.
12.  Berkurangnya keanekaragaman genetic jenis tanaman tertentu yang disebabkan oleh penyeragaman jenis tanaman tertentu yang dikembangkan.
13. Adanya mekanisme pertanian mengakibatkan cara bertani tradisional menjadi terpinggirkan.
14.  Rasa kegotongroyongan semakin menurun.
15. Hasil panen dari beberapa kawasan Revolusi Hijau mengalami penurunan.
16.  Muncullah komersialisasi produksi pertanian
17.  Muncul sikap individualis dalam hal penguasaan tanah
18.  Terjadi perubahan struktur sosial di pedesaan dan pola hubungan antarlapisan petani di desa dimana hubungan antar lapisan terpisah dan menjadi satuan sosial yang berlawanan kepentingan.
19.  Memudarnya sistem kekerabatan dalam masyarakat yang awalnya menjadi pengikat hubungan antar lapisan.
20.  Muncul kesenjangan ekonomi karena pengalihan hak milik atas tanah melalui jual beli.
21.  Harga tanah yang tinggi tidak terjangkau oleh kemampuan ekonomi petani lapisan bawah sehingga petani kaya mempunyai peluang sangat besar untuk menambah luas tanah.
22.  Menyebabkan tingkat pendapatanpun akan berbeda.
23.  Muncul kesenjangan yang terlihat dari perbedaan gaya bangunan maupun gaya berpakaian penduduk yang menjadi lambang identitas suatu lapisan sosial.
24.  Mulai ada upaya para petani untuk beralih pekerjaan ke jenis yang lain seiring perkembagan teknologi.

  •  Pangan dan Ketahanan Pangan

  Pengertian Pangan
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman. Sistem pangan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengaturan, pembinaan, dan atau pengawasan terhadap kegiatan atau proses produksi pangan dan peredaran pangan sampai dengan siap dikonsumsi manusia
Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia

  Ketahanan Pangan
Dalam undang undang No : 7 tahun 1996 tentang pangan, pengertian ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari ketersediaan yang cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Dari pengertian tersebut, tersirat bahwa upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional harus lebih dipahami sebagai pemenuhan kondisi kondisi :
(1) Terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup, dengan pengertian ketersediaan pangan dalam arti luas, mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak dan ikan dan memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, vitamin dan mineral serta turunan, yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia.
(2) Terpenuhinya pangan dengan kondisi aman, diartikan bebas dari pencemaran biologis, kimia, dan benda lain yang lain dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia, serta aman untuk kaidah agama.
(3) Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata, diartikan bahwa distribusi pangan harus mendukung tersedianya pangan pada setiap saat dan merata di seluruh tanah air.
(4) Terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau, diartikan bahwa pangan mudah diperoleh rumah tangga dengan harga yang terjangkau.

Secara umum, ketahanan pangan mencakup 4 aspek, yaitu kecukupan (sufficiency), akses (access), keterjaminan (security), dan waktu (time).Dengan adanya aspek tersebut maka ketahanan pangan dipandang menjadi suatu sistem, yang merupakan rangkaian dari tiga komponen utama yaitu ketersediaan dan stabilitas pangan (food availability dan stability), kemudahan memperoleh pangan (food accessibility) dan pemanfaatan pangan.

Rawan Pangan
Rawan pangan merupakan suatu kondisi ketidakmampuan untuk memperoleh pangan yang cukup dan sesuai untuk hidup sehat dan berakvitas dengan baik. Rawan pangan dapat dibedakan 2 jenis yaitu : (a) rawan pangan kronis, yaitu ketidakcukupan pangan secara menetap akibat ketidakmampuan rumah tangga untuk memperoleh pangan yang dibutuhkan melalui pembelian di pasar atau melalui produksi sendiri. Kondisi ini berakar pada kemiskinan dan (b) rawan pangan transien/ transistori, yaitu penurunan akses terhadap pangan yang dibutuhkan rumah tangga secara kontemporer

  • Permasalahan Pangan Dunia

a. Bencana kelaparan
Disebabkan karena kenaikan harga pangan duniadan bergantinya iklim yang tidak teratur dapat  mengakibatkan tanaman yang ditanam atau padi tidak dapat berkembang dengan sempurna atau tidak dapat hidup menghasilkan nasi untuk makanan manusia sehari-hari. Jumlah orang yang kelaparan setiap harinya mencapai angka tertinggi dalam sejarah sebanyak 1 milyar, atau tepatnya 1,02 milyar, menurut data World Food Program PBB. Jutaan orang yang berada di tepi jurang kelaparan saat ini masuk dalam kategori ini akibat krisis ekonomi global yang menyebabkan rendahnya tingkat pendapatan dan banyak orang yang kehilangan pekerjaan. Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, pada tahun 2012 terdapat tambahan sekitar 100 juta orang yang mengalami kelaparan dan kemiskinan kronis dibandingkan tahun lalu. Sementara jumlah orang yang sangat membutuhkan makanan bertambah, agen-agen bantuan juga melaporkan rendahnya jumlah bantuan yang diberikan serta pemangkasan anggaran


b.        Sejarah bencana kelaparan dunia
Wabah Kelaparan Besar (bahasa Inggris: The Great Famine mengacu pada kejadian meluasnya kelaparan di Eropa pada rentang waktu antara tahun 1845-1852. Walaupun melanda banyak negara Eropa saat itu, dampak terparah terjadi di Irlandia dan Skotlandia. Dalam sejarah Irlandia bahkan wabah kelaparan ini berdampak luas berupa berkurangnya penduduk wilayah ini sebesar 20% sampai 25%, yang awalnya berjumlah lima juta penduduk turun menjadi 3 juta akibat tingginya tingkat kematian dan emigrasi.
Penyebab awal kelaparan ini adalah beruntunnya kegagalan panen kentangakibat hampir semua umbi kentang tidak dapat dikonsumsi karena terserang hama kentang. Pada waktu itu, di Irlandia sekitar sepertiga penduduk tergantung sepenuhnya pada kentang untuk penghidupannya. Akibatnya, dampak terparah mengenai negara itu. Diperkirakan satu juta orang meninggal dunia dan satu juta lainnya meninggalkan Irlandia. Wabah kelaparan ini di Irlandia kemudian berdampak luas secara politik, sosial dan ekonomi; dan sampai sekarang masih diperdebatkan makna sejarahnya.
Setelah kasus di Irlandia, menyusul lah kasus di Ukraina yang disebut Holdomor.Holodomor adalah peristiwa pembunuhan dan kelaparan beramai-ramai pada 1932-1933 di Ukraina. Hampir 7 juta mati kelaparan akibat tirani Uni Soviet yang mengamalkan dasar Josef Stalin dengan tujuan menghapus semangat kebangsaan rakyat Ukraina. Sebanyak 25.000 penduduk kampung meninggal setiap hari atau pada harga 1.000 orang per jam atau 17 orang per menit. Rata-rata umur penduduk Ukraina pada 1933 adalah 7.3 tahun untuk pria dan 10.9 tahun untuk wanita, sedangkan dalam kalangan anak, satu dari setiap tiga orang, meninggal dunia.Kasus ini oleh sebagian warga dunia dianggap sebagai persamaan dengan kasus Holocaust oleh Hitler. Kelaparan di Ukraina terjadi karena sistem denda yg diberlakukan stalin dimana denda tersebut berupa gandum dan bahan makanan lain dari kampung yang tidak mematuhi kuota akuisisi sereal dan produk pertanian yang sengaja dikenakan dengan sangat tinggi.
Dilanjutkan pada tahun 1943, adalah kasus Kelaparan di Benggala 1943, yaitu peristiwa kelaparan yang menimpa Benggala (yang saat itu dijajah oleh Britania). Diperkirakan sekitar 3 juta orang tewas akibat kelaparan dan gizi buruk. Pemerintah Benggala bereaksi dengan malas-malasan dan tidak kompeten, menolak untuk menghentikan ekspor makanan dari Benggala.
Britania Raya mengalami kekalahan di Singapura pad tahun 1942. Burma selanjutnya diduduki oleh Jepang. Burma merupakan pengekspor beras terbesar di dunia pada periode antar perang. Pada tahun 1940, sekitar 15% dari beras India berasal dari Burma. Sementara itu, beras terus diekspor dari India untuk memberi makan tentara perang. Hal ini diperparah dengan tibanya siklon pada 16 Oktober 1942 di Benggala danOrissa. Banyak daerah penanaman beras yang banjir, sehingga terjadi gagal panen. Akibatnya, petani harus memakan hasil surplus mereka, dan bibit yang seharusnya ditanam pada musim dingin 1942-1943 telah dimakan pada saat cuaca panas tiba pada Mei 1943.

c.         Solusi bencana kelaparan
Pemenuhan pangan melalui produksi lokal yang dikenal dengan Kedaulatan Pangan. Kedaulatan pangan merupakan konsep pemenuhan hak atas pangan yang berkualitas gizi baik dan sesuai secara budaya, diproduksi dengan sistem pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Artinya, kedaulatan pangan sangat menjunjung tinggi prinsip diversifikasi pangan sesuai dengan budaya lokal yang ada. Kedaulatan pangan juga merupakan pemenuhan hak manusia untuk menentukan sistem pertanian dan pangannya sendiri yang lebih menekankan pada pertanian berbasiskan keluarga—yang berdasarkan pada prinsip solidaritas–bukan pertanian berbasiskan agribisnis—yang berdasarkan pada profit semata

d. Diversifikasi pangan dan perkembangannya
Diversifikasi pangan adalah suatu proses perkembangan dalam pemanfaatan dan penyediaan pangan ke arah yang semakin beragam. Manfaat diversifikasi pada sisi konsumsi adalah semakin beragamnya asupan zat gizi, baik makro maupun mikro, untuk menunjang pertumbuhan, daya tahan, dan produktivitas fisik masyarakat. Kasryno et al. (1993) memandang diversifikasi pangan sebagai upaya yang sangat erat kaitannya dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, pembangunan pertanian di bidang pangan dan perbaikan gizi masyarakat, yang mencakup aspek produksi, konsumsi, pemasaran, dan distribusi. Sementara Suhardjo (1998) menyebutkan bahwa pada dasarnya diversifikasi pangan mencakup tiga lingkup pengertian yang saling berkaitan, yaitu diversifikasi konsumsi pangan, diversifikasi ketersediaan pangan, dan diversifikasi produksi pangan.
Diversifikasi konsumsi pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya peningkatan perbaikan gizi untuk mendapatkan manusia yang berkualitas.Dalam aspek makro, peranan diversifikasi pangan dapat dijadikan sebagai instrumen kebijakan untuk mengurangi ketergantungan pada beras sehingga mampu meningkatkan ketahanan pangan nasional, serta dapat dijadikan instrumen peningkatan produktifitas kerja melalui perbaikan gizi masyarakat. Beberapa hasil kajian menunjukkan persediaan pangan yang cukup secara nasional terbukti tidak menjamin adanya kketahanan pangan tingkat wilayah (regional), rumah tangga atau individu.

Manfaat Diversifikasi Pangan
1.      Semakin beragamnya alternatif jenis pangan yang dapat ditawarkan
2.      Kelangkaan suatu jenis pangan tidak memicu kenaikan harga secara signifikan karena kebutuhan pangan masih dapat dicukupi dengan adanya jenis pangan yang lain
3.      Kelangkaan suatu pangan pokok seperti beras, dapat diisi atau digantikan oleh umbi-umbian sehingga tidak menimbulkan keresahan sosial

Perkembangan Diversifikasi Pangan
diversifikasi telah dilaksanakan sejak awal tahun 1960-an. Pada saat pemerintah mengkhawatirkan pertumbuhan produksi beras yang tidak seimbang dengan pertambahan penduduk, mulai dilancarkan penyuluhan gizi, termasuk pengetahuan bahwa beras dapat diganti dengan bahan pangan lain dengan nilai gizi yang sama. Pemerintah melakukan kampanye "bukan hanya beras" yang disertai dengan introduksi beras ketela, kedelai, jagung
Pada akhir dekade 60-an mulai dicanangkan program perbaikan gizi keluarga, bekerja sama dengan lembaga asing, seperti organisasi pangan dan pertanian dunia (Food and Agriculture Organization of the United Nations, FAO), organisasi kesehatan dunia (Wolrd Health Organization, WHO), dan organisasi untuk kesejahteraan anak (United Nation Children's Fund, UNICEF).
Program ini mencakup peningkatan kesadaran gizi dan pemanfaatan pekarangan untuk menghasilkan pangan hasil ternak, ikan, sayuran dan buah. Hingga saat ini program-program peningkatan kesadaran gizi dan pemasyarakatan pola makan dengan gizi seimbang tersebut masih terus dilanjutkan, dengan bentuk dan intensitas yang bervariasi dari waktu ke waktu. Di samping itu dilancarkan pula pengembangan produk-produk pangan, terutama sumber karbohidrat khas daerah, agar semakin diterima sebagai alternatif bahan pangan pilihan.
Namun setelah program diversifikasi pangan berjalan lebih dari empat puluh tahun, keberagaman pangan yang kita inginkan belum kunjung tercapai. Apabila dinilai menurut standar Pola Pangan Harapan (PPH) dengan nilai ideal 100, maka :
· Keragaman penyediaan pangan nasional tahun 2001 mencapai nilai sekitar 73
· Dalam hal konsumsi (berdasarkan Susenas 1999) baru sekitar 63.
· Pola konsumsi pangan kita sekitar 40 persen diwarnai oleh padi-padian yangsebagian besar beras; 26 persen sayur dan buah; 13 persen pangan hewani terutama ikan, daging unggas dan telur; 8 persen kacang-kacangan seperti kedelai, kacang hijau dan kacang tanah; dan 6 persen minyak dan lemak terutama bahan nabati.
Dengan proporsi ideal padi-padian dan pangan hewani sebesar 25 dan 24 persen, pola konsumsi kita masih terlalu tinggi pada padi-padian dan terlalu rendah pada pangan hewani.

Aspek yang Memicu Diversifikasi Pangan
Tiga aspek penting yang harus digarap untuk memacu diversifikasi pangan secara efektif, yaitu:
1.      daya tarik ekonomi dan citra pangan yang ditawarkan;
2.      kemampuan ekonomi masyarakat; dan
3.      kesadaran masyarakat terhadap pangan bergizi dan kesehatan.

Tantangan Diversifikasi Pangan
1.      Kebijakan pengembangan pangan yang terfokus pada beras
2.      Upaya penggalian dan pemanfaatan sumber sumber pangan karbohidrat lokal masih kurang
3.      Pola konsumsi pangan masyarakat masih belum beragam
4.      Kemampuan memproduksi pangan lokal masih rendah, terutama musim paceklik
5.  Penerapan teknologi produksi dan teknologi pengolahan pangan lokal di masyarakat tidak mampu mengimbangi pangan olahan asal impor yang membanjiri pasar.


0 komentar:

Post a Comment

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com