Saturday, 3 October 2015

LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN DAERAH GUNUNG API GALUNGGUNG DAN KAMPUNG NAGA


LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN
DAERAH GUNUNG API GALUNGGUNG DAN
KAMPUNG NAGA


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Segala puji bagi allah yang telah  memeberikan kami kemudahan  sehingga dapat nenyelesaikan laporan ini.
Solawat beserta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhamad SAW.
Tidak lupa pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya yang telah memberikan saran dan dukunganya, terutama kepada:
1.      Orang tua, yang telah memberikan kasih dan sayangnya baik berupa moril maupun material.
2.      Seluruh dosen geografi yang telah memberikan banyak ilmu kepada saya selaku penyusun.
3.      Kepada seluruh teman-teman yang selalu mendukung dan memberi motivasi kepada saya untuk menyelesaikan tugas laporan.




Tasikmalaya, Mei 2015


Penyusun


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
B.     Rumusan Masalah
C.     Tujuan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A.    Sejarah Gunung Galunggung
B.     Pra-Letusan Gunung Galunggung
C.     Sejarah Kampung Naga
D.    Ciri Khas Kampung Naga
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran
DAFTAR PUSTAKA

 BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar belakang
    Negara Indonesia adalah negara yang memiliki banyak gunungapi , hal ini di karenakan indonesia terletak pada jalur vulkanik yang dilauui oleh dua rangkaian pegunungan muda yaitu rangkaian pegunungan sirkum pasifik, dan rangkaian sirkum mideretarania salah satunya yaitu gunung galunggung.
    Gunung Galunggung terletak di Linggawangi, Leuwisari, Tasikmalaya, Jawa Barat. Gunung Galunggung merupakan gunung berapi dengan ketinggian 2167 mdpl, terletak sekitar 17 km dari pusat kota Tasikmalaya. Gunung Galunggung terakhir meletus pada tahun 1982. Panorama alam di sekitar Gunung Galunggung saat ini sangat mempesona. Kawah yang dahulu memuntahkan lahar panas, pasir, dan bebatuan, kini telah berwujud menjadi semacam danau luas hijau yang asri. Areal luasnya ±120 ha dibawah pengelolaan perum perhutani, berupa air terjun dan kawah.
    Selain itu Negara Indonesia Juga negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah, baik sumber daya alamnya maupun pemandangan alamnya. Selain memiliki kekayaan alam yang melimpah Indonesia juga kaya akan adat istiadat dan kebudayaan yang beraneka ragam. Daerah yang memiliki kekayaan alam, adat istiadat, dan kebudayaan yang melimpah salah satunya adalah Kabupaten Tasikmalaya. Tasikmalaya memiliki tempat wisata yang menarik yaitu : Kampung Naga, Gunung Galunggung, dan Pusat Kerajinan Rajapolah dan lain lain.
    Kampung Naga berada di wilayah Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Lokasi Kampung Naga tidak jauh dari jalan raya yang menghubungkan kota Garut dengan kota Tasikmalaya. Kampung ini berada di lembah yang subur, dengan batas wilayah, di sebelah barat Kampung Naga dibatasi oleh hutan keramat karena di hutan tersebut terdapat makam leluhur masyarakat Kampung Naga. Di sebelah selatan dibatasi oleh sawah-sawah penduduk, dan di sebelah utara dan timur dibatasi oleh sungai Ciwulan yang bermata air dari Gunung Cikuray. Mata pencaharian warga Kampung Naga bermacam-macam mulai dari yang pokok yaitu bertani, menanam padi sedangkan mata pencaharian sampingannya adalah membuat kerajinan, beternak dan berdagang. Kemasyarakatan di Kampung Naga masih sangat lekat dengan budaya gotong royong, hormat menghormati, dan mengutamakan kepentingan golongan diatas kepentingan pribadi. Penduduk Kampung Naga mengaku mayoritas adalah pemeluk agama islam, akan tetapi sebagaimana masyarakat adat lainnya mereka juga sangat taat memegang adat-istiadat dan kepercayaan nenek moyangnya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Sejarah Gunung Galunggung Dan Pra-Letusannya ?
2.      Bagaimana Sejarah Kampung Dan Ciri Khas Kampung Naga ?

C.    Tujuan Masalah
1.      Mengetahui Sejarah Gunung Galunggung Dan Pra-Letusan Gunung Galunggung.
2.      Mengetahui Bagaimana Sejarah Kampung Dan Ciri Khas Kampung Naga.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah Gunung Galunggung
Gunung Galunggung telah mengalami beberapa kali letusan (erupsi) dengan insensitas dan kekuatan yang berbeda-beda, yaitu: sebelum tahun 1822 yang erupsinya yang sangat dahsyat, pada Tahun 1982 Gunungapi Galunggung mengalami erupsi kembali dengan jangka waktu yang panjang mulai 5 april sampai 8 januari 1983. Sehingga akibat dari erupsi tersebut terpengaruh kehidupan masyarakat mencapai lebih dari 20 juta orang, disebabkan abu yang menyebar sampai kota Bandung bahkan sampai ke Jakarta, dan kearah Timur sampai ke Jogjakarta. Penduduk yang dipindah kan mencapai 35.000 orang. Secara Internasional, letak Galunggung ini juga mengganggu jalur penerbangan antara Singapura dan Benua Australi. Dua pesawat jumbo dalam penerbangan internasional terpaksa harus melakukan pendaratan darurat di Jakarta. Selain itu akibat dari erupsi Gunungapi Galunggung menjadi bukit-bukit yang tersebar dari sepanjang dari Kota Tasikmalaya dan Singapura, yang terkenal dengan sebutan “Bukit Sepuluh Ribu Tasikmalaya” atau “The Ten Thousand Hills of Tasikmalaya”.
Akibat dari erupsi dari Gunungapi Galunggung dibagi menjadi tiga morfologi, yaitu: Kerucut Gunung Api, Kladera, dan Perbukitan Sepuluh Ribu. Kerucut gunungapi, menempati bagian barat dan selatan, mempunyai sebuah kawah yang tidak aktif bernama Kawah Guntur yang terbentuk melingkari berdiameter 500 meter dengan kedalaman 100-150 meter. Kerucut ini merupakan kerucut Gunungapi Galunggung tua sebelum terbentuknya Klader, mempunyai kemiringan lelereng sampai 30° di daerah puncak dan menurun hingga 5° di bagian kaki. Kladera Galunggung terbentuk seperti sepatu kuda yang terbuka kearah tenggara dengan panjang sekitar 9 km dan lebar antara 2-7 km. Dingding Kladera mempunyai ketinggian maksimum sekitar 1000 meter di bagian barat-barat laut dan menurun hingga 10 m di bagian timur-tenggara.
Perbukitan Sepuluh Ribu atau yang disebut juga perbukitan “Hillock” terletak di lelereng kaki bagian timur-tenggara dan berharap langsung dengan bukaan kaldera. Perbukitan ini menempati daratan Tasikmalaya dengan luas sekitar 170 km², dengan jarak sebrang terjauh 23 km dari kawah pusat dan terdekat 6,5 km. Lebar sebarangnya sekitar 8 km dengan sebaran terpusat pada jarak 10-15 km. Jumlah bukitnya sekitar 3.600 buah dengan tinggi bukit bervariasi antara 5 sampai 50 meter diatas dataran Tasikmalaya dengan diameter kaki bukit antara 50-300 meter serta kemiringan lereng antara 15°-45°. Perbukitan ini terbentuk sebagai akibat dari letusan besar yang menghasilkan kladera tapal kuda dan melongsoran kerucut bagian timur-tenggara, yang terjadi sekitar 42000 tahun yang lalu.
Apabila ditijauan dari bentuk tubuh Gunungapi Galunggung terdiri atas beberapa puncak :
a.    Gunung Dingding Air dengan ketinggian 1.667 meter diatas permukaan air laut.
b.    Gunung Singa dengan ketinggian 2.168 meter diatas permukaan air laur.
c.    Gunung Guntur dengan ketinggian 2.160 meter diatas permukaan air laut.
d.   Gunung Beuti Canar dengan ketinggian 2.241 meter diatas permukaan air laut.



B.     Pra-Letusan Gunung Galunggung
Pada pra-letusan 1822, terjadilah satu ledakan raksasa dengan jari-jari 1k 1000 m. Ada kemungkina pada waktu itu dingding G. Galunggung sebelah timur runtuh dan terbuktilah kawah terbentuk sepatu kuda sebaagian terlihat sekarang. Anggapan lain adalah, bahwa semula Kawah G. Galunggung berbentuk corong yang hampir sempurna. Lambat-laun terjadilah danau raksasa berkat kumpulan air hujan. Diakibatkan tekanan air atau adannya suatu letusan, pematang lingkaran timur yang lebih lemah dan diterobosnya. Bom, lapilis, pasir, dan abu gunungapi dilontarkan ke kawah ini dan disertai dengan terjadinya penyemburn terarah berupa pasir dan batu ke jurusan timur hingga jauh ke daratan Tasikmalaya.
a)   Letusan 1822
Pada tanggal 8 Oktober 1822, antara pukul 13:00 dan 14:00 WIB terdengar suara gemuruh. Pada Kaki G. Galunggung, dari lekukan Cikunir, tampak gumpalan asap raksasa dengan tenanga yang kuat sekali melonjak ke atas. Kemudian, selulur gunungapi itu tertutupi oleh gumpalan asap tersebut dan suara ledakan sering sekali terdengar, suasana menjadi gelap. Awan panas mulai meluncur ke Citanduy dan mencapai jarak lebih dari 16 Km.
Pada 1k pukul 15:00 kegian sampai puncaknya. Hujan abu dan lumpur merusak tanaman hingga sejauh 40 km ke sebalah barat dan selatan. Di sekitar kawah, jatuhlah pasir kemerah-merahan. Menjelan pukul 16:00 letusan mulai mereda dan pukul 17:00 berhenti sama sekali. Lahar hujan terjadi pada 12 Oktober 1882, mengikuti aliran sungai mengarah ke daerah tenggara dan melanda daerah tersebut. Letusan G. Galunggung 1822 menyebabakan jatuhnya korban jiwa sebanyak 4011 orang. Neuman Van Padang (1951) mengemukakan, bahwa sebelah tenggara G. Galunggung tertimbun lahar (batu dan lumpur) sebanyak 100.000 m³ lebih. Jarak lebar 24 km.

b)   Letusan 1894
Pada Tanggal 7-19 Oktober 1894, sumbat lava dilemparkan oleh letusan G. Galunggung. Dingding kawah dalam ambruk. Neuman Van Padang (1951) melaporakan terjadi awan panas, tetapi tidak mengakibatkan jatuhnya korban manusia. Lahar hujan terjadi pada Tanggal 27 dan 30 Oktober. Desa yang hancur sebanyak 50 buah. Jalan yang diikuti lahar sama dengan jalan lahar letusan 1822.
c)    Letusan 1918 (letusan efusif)
Kegiatan 1918 diawali dengan gempa pada 16 juli 1918, 1k pukul 20.000 kegiatan ini diikuti pembentukan sebuah sumbatan lava yang muncul di atas danau kawah, yaitu pada Tanggal 19 juli, yang kemudian disebut G. Jadi. Sejak Tahun 1958 dan 1959 (kusumadinata, 1959) tetapi kemudian terus menerus.
d)   Letusan 1982-1983
Letusan terakhir terjadi pada tanggal 5 mei 1982 tepatnya pukul 05:00 WIB, letusan terakhir berlangsung cukup lama disebabkan karena lubang kepundan tertutup oleh kubah lava (lava dome) yang terbentuk pada letusan 1918, diserta suara dentuman, pijaran api, dan kilatan halilintar. Kegiatan letusan terjadi hingga 9 bulan dan berakhir pada 8 Januari 1983. Periode erupsi terbagi dalam tiga fase. Fase pertama, 5 april- 6 mei 1982, berupa erupsi tipe Pellean yang menghancurkan empat puluh persen kubah lava “gunung jadi” (gunung baru yang keluar dari lubang erupsi), serta menghasilkan awan panas, hujan batu, abu, dan gas.
Awan panas meluncur dan mengendap di Banjaran sejauh 5,1 kilometer serta di Cikunir dan Cipanas sejauh 4,6 kilometer. Tinggi abu erupsi mencapai 12 kilometer dari kawah. Erupsi utama dalam fase pertama terjadi pada 17-19 Mei. Tinggi asap erupsi mencapai 30 kilometer dan sisa kubah lava tinggal lima persen.
e)    Letusan 2012
Pada bulan November 2012 Gunungapi Galunggung statusnya mengalami peningkatan, Gunungapi Galunggung suda hampir selama 30 Tahun tertidur dengan lelapnya, kini mulai bangun dan mulai menunjukan aktifitas vulkaninya sebagai Gunungapi yang masih aktif. Status dari normal (Level I) menjadi waspada (Level II). Terdektesi dengan jelas melalui alat yang ada di pemantuan aktifitas Gunungapi Galunggung adanya getaran vulkanik, sejak tanggal 1-31 Januari 2012 terjadi hingga 16 kali gempa, dan sejak tanggal 1-11 Febuari 2012 tercatat 11 kali gempa vulkanik seta bau belerang tidak tercium.

C.    Sejarah Kampung Naga
Kampung Naga berada di Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya yang merupakan pusat pengembangan potensi budaya yang terjadi di Kampung Naga merupakan ciri kesederhanaan dan ketaatan akan budaya sendiri sedangkan praktek pembangunannya sendiri mempunyai wawasan lingkungan yang futuristik, baik secara fisik, sosial, ekonomi maupun budaya.
Menurut Bupati Tasikmalaya, merasa kagum terhadap masyarakat Kampung Naga karena disana telah ditanam kultur masyarakat yang tidak pernah meminta kepada pemerintah melainkan bagaimana berbuat kepada orang lain karena kekagumannya itu beliau mengeluarkan satu buah buku yang berjudul Masyarakat Kampung Naga Tasikmalaya karena Prof. Dr Ahman Sah. Terdapat tempat-tempat larangan yaitu : 2 hutan larangan, sebelah Timur dan Barat, tempat ini tidak boleh dimasuki oleh seorangpun kecuali pada waktu upacara atau berziarah. Ada satu buah bangunan yang dianggap keramat yaitu “Bumi Ageung” yaitu tempat pelaksanaan rutinitas upacara adat, tempat ini tidak boleh dimasuki kecuali oleh Ketua Adat. Hari yang diagungkan masyarakat Kampung Naga diantaranya hari Selasa, Rabu dan Sabtu.
Pada bulan Syafar tidak boleh melaksanakan upacara adat atau berziarah. Dalam pembangunan rumah-rumah diatur sedemikian rupa yaitu dengan membujur Timur Barat menghadap ke Selatan, setiap rumah harus saling berhadapan untuk menjaga kerukunan antar warga. Praktek pembangunannya pun mempunyai wawasan lingkungan yang futuristik, baik secara fisik, sosial, ekonomi maupun budaya.
1.      Sejarah Terbentuknya Kampung Naga
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan, kami tidak mendapat informasi apapun tentang Kampung Naga karena kami datang pada hari yang Tabu dimana hari tersebut diharamkan untuk menceritakan sejarah Kampung Naga. Namun kami tetap mencari informasi dari beberapa para pengunjung yang datang tidak pada hari yang diharamkan atau tabu. Menurut informasi dari para pengunjung yang telah kami dapatkan sehingga kami berkesimpulan bahwa pertama kalinya Kampung Naga terbentuk dengan datangnya suku Badui dari daerah Banten, kedatangannya karena diusir oleh kepala suku Badui Banten yang kemudian singgah di Salawu Desa Neglasari dan mendirikan pemerintahan sendiri atau otonomi sendiri dan diberi nama Kampung Naga.
2.      Silsilah atau Keturunan di Kampung Naga
Salah satu budaya atau larangan yang berkaitan erat dengan keturunan adalah pernikahan, dimana setiap warga Kampung Naga yang sudah cukup umur untuk menikah tidak boleh menikah dengan orang dari daerah lain. Mengapa begitu? Karena menurut kebudayaan Kampung Naga hal itu bisa menimbulkan adanya kesenjangan sosial dan bisa membuka celah-celah era globalisasi yang dapat merusak kepribadian atau adat-adat yang masih ada di Kampung Naga, yang masih sangat lekat dengan budaya gotong royong, hormat menghormati, dan mengutamakan kepentingan golongan diatas kepentingan pribadi. Dalam sistem kekerabatan di masyarakat, mengambil garis keturunan ayah (Patrilineal).
3.      Sistem Kemasyarakatan
Sistem kemasyarakatan disini lebih terfokus kepada sistem atau lembaga-lembaga pemerintahan yang ada di Kampung Naga. Ada dua lembaga yaitu, RT, RK, Kudus dan ada lembaga adat yaitu, kuncen, punduh lebe.
4.      Sistem Bahasa
Dalam berkomunikasi warga Kampung Naga mayoritas menggunakan bahasa Sunda Asli, hanya sebagian orang dalam arti yang duduk di pemerintahan. Adapula yang bisa berbahasa Indonesia itupun masih terlihat kaku dalam pengucapannya.
5.      Sistem pendidikan
Tingkat Pendidikan masyarakat Kampung Naga mayoritas hanya mencapai jenjang pendidikan sekolah dasar, tapi adapula yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi itupun hanya minoritas. Kebanyakan pola pikirnya masih pendek sehingga mereka pikir bahwa buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau akhirnya pulang kampung juga. Dari anggapan tersebut orang tua menganggap lebih baik belajar dari pengalaman dan dari alam atau kumpulan-kumpulan yang biasa dilakukan di mesjid atau aula.
6.      Kesenian
Terdapat tiga pasangan kesenian di Kampung Naga diantaranya:
a.       Terebang Gembrung yang dimainkan oleh dua orang sampai tidak terbatas biasanya ini dilaksanakan pada waktu Takbiran Idul Fitri dan Idul Adha serta kemerdekaan RI. Alat ini terbuat dari kayu.
b.      Terebang Sejat, dimainkan oleh 6 orang dan dilaksanakan pada waktu upacara pernikahan atau khitanan massal.
c.       Angklung, dimainkan oleh 15 orang dan dilaksanakan pada waktu khitanan massal.
7.      Sistem Perekonomian
Dalam sistem perekonomian kami fokuskan kepada mata pencaharian dimana mata pencaharian warga Kampung Naga bermacam-macam mulai dari pokok yaitu bertani, menanam padi sedangkan mata pencaharian sampingannya adalah membuat kerajinan, beternak dan berdagang.
8.      Sistem Politik
Dalam sistem politik kami tekankan pada pemilihan ketua adat yaitu dengan cara bermusyawarah untuk mufakat dimana yang dijadikan kandidat yang akan duduk di pemerintahan adalah orang-orang yang dianggap berpengalaman dan berpengetahuan tinggi dalam bidang-bidang yang ada.

D.    Ciri Khas Kampung Naga
Unsur kebudayaan yeng telah diuraikan, maka dengan melihat unsur-unsur-unsur kebudayaan tersebut masyarakat Kampung Naga memiliki ciri khas atau krakteristik. Masyarakat di Kampung Naga memiliki mata pencaharian sebagai petani dan mempunyai mata pencaharian sampingan yaitu membuat kerajinan tangan yang berupa anyaman yang terbuat dari bambu, berternak dan berdagang makanan ringan. Dalam usaha mengembangkan potensi yang terdapat di Kampung Naga, sesepuh Naga berupaya untuk mengembangkan potensi tersebut dengan cara membina anak-anak remaja maupun orang tua untuk mengembangkan keterampilan mereka dalam anyaman dan kerajinan tangan lainnya, yang biasannya dijadikan souvenir bagi orang-orang yang berkunjung ke Kampung Naga.
Namun berbeda dengan masyarakat lain, bahwa dalam hal pertanian masyarakat Kampung Naga menggunakan alat-alat pertaniannya untuk bercocok tanam maupun bertani hanya mengunakan bedog/golok, arit, kored, etem, (sejenis ani-ani), parang, pisau, dan pacul atau cangkul (untuk mencangkul lahan pertanian). Lahan pertanian yang terdapat di Kampung Naga tidak begitu luas, hanya sisa dari lahan yang sudah digunakan untuk perumahan dan kolam dari luas yang secara keseluruhan hanya 1,5 ha’
Lahan pertanian sawah di Kampung Naga terletak di sebelah selatan perkampungan, dimana lahan pertanian sawah berteras-teras yang merupakan bagian dari kaki dan lereng lembah Naga. Lereng tu tebing tersebut memisahkan perkampungan dengan jalur jalan raya yang menghubungkan Kota Garut dengan Kota Tasukmalay. Sehingga untuk sampai ke Kampung Naga, dari jalur jalan tersebut harus menuruni tangga sebanyal 429 anak tangga, kemudian menyusuri pinggiran sungai Ciwulan sepanjang kurang lebih 50 meter hingga sampai di perkampungan. Di atas lereng tersebut merupakan deretan perbukitan yang masih ditumbuhi pepohonan, dimana disalah satu bukit tersebut terdapat makam Leluhur warga Naga itu bernama Sembah Dalem Singaparna.

                                                          
                                                                           BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas sebelum maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut :
Negara Indonesia adalah negara yang memiliki banyak gunungapi , hal ini di karenakan indonesia terletak pada jalur vulkanik yang dilalui oleh dua rangkaian pegunungan muda yaitu rangkaian pegunungan sirkum pasifik, dan rangkaian sirkum mideretarania salah satunya yaitu gunung galunggung.
Selain itu Negara Indonesia Juga negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah, baik sumber daya alamnya maupun pemandangan alamnya. Selain memiliki kekayaan alam yang melimpah Indonesia juga kaya akan adat istiadat dan kebudayaan yang beraneka ragam. Daerah yang memiliki kekayaan alam, adat istiadat, dan kebudayaan yang melimpah salah satunya adalah Kabupaten Tasikmalaya. Tasikmalaya memiliki tempat wisata yang menarik yaitu Kampung Naga.

B.     Saran
Berdasarkan dari kesimpulan di atas  sebagai tindak lanjut dari perbaikan pembelajaran dapat di sampaikan saran antara lain :
Negara Indonesia Juga negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah, baik sumber daya alamnya maupun pemandangan alamnya. Selain memiliki kekayaan alam yang melimpah Indonesia juga kaya akan adat istiadat dan kebudayaan yang beraneka ragam. Daerah yang memiliki kekayaan alam, adat istiadat, dan kebudayaan yang melimpah, dan morfologi yang sangat banyak, oleh karena itu kita harus mencintai negara kita yang kaya ini, agar  dengan cara mencintai dan melestarikan kekayaan negara kita baik dari segi kebudayaan maupun dari segi morfologinya.


DAFTAR PUSTAKA

Tim Praktek Kuliah Lapangan Geografi. (2015). Pedoman Pemantapan Materi
            Perkuliahan Mengkaji Gunungapi Galunggung Dan Kampung Naga.
Tasikmalaya: Program Studi Pendidikan Geografi.

0 komentar:

Post a Comment

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com